Memilih menu untuk makan
siang jadi sedikit memusingkan ketika dokter minta kita untuk
menghindari gorengan. Betapa tidak, hampir semua masakan Indonesia
digoreng. Sesungguhnya menyantap makanan serba gorengan tidak selalu
menyebabkan sakit jantung koroner. Memilih jenis minyak dan cara
menggoreng yang benar adalah kunci menjaga kesehatan jantung.
Di
Indonesia, minyak goreng adalah kebutuhan pokok. Kelangkaan minyak
goreng sudah pasti akan menimbulkan kepanikan tersendiri. Tentu kita
masih ingat masyarakat rela antre demi mendapatkan minyak goreng saat
krisis ekonomi melanda pada 1998. Seolah kita tak bisa hidup tanpa lemak
jenuh dari gorengan.
Kesadaran untuk mengurangi lemak jenuh
sudah cukup tinggi di Amerika Serikat. Saat ini orang AS hanya
mengonsumsi lemak sekitar 33 persen dari total santapan dalam sehari.
Kenyataannya, kasus obesitas justru naik menjadi 34 persen dan jumlah
penderita diabetes malah naik menjadi 8 persen.
Naiknya angka
obesitas dan diabetes saat mereka mengurangi konsumsi lemak itu kemudian
diteliti di banyak universitas, di antaranya di Harvard. Menurut
penelitian Harvard School of Public Health, lemak yang terkandung dalam
makanan tidak ada hubungannya dengan berat badan dan penyakit.
Hal
yang jadi masalah bukan lemaknya, melainkan jenisnya. Lemak jahat
seperti lemak jenuh dan trans memang menaikkan risiko sakit kronis.
Sebaliknya, lemak baik seperti lemak tak jenuh tunggal dan ganda justru
baik untuk kesehatan jantung dan tubuh.
Lewati titik asap
Lemak
tak jenuh sering disebut lemak baik karena jenis lemak itu bisa
memperbaiki kadar kolesterol darah, meringankan inflamasi, menstabilkan
ritme jantung, dan sejumlah manfaat yang baik untuk kesehatan. Lemak ini
dibagi dua, lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fat atau disingkat
MUFA) dan lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fats-PUFA).
Minyak
zaitun dikenal sebagai minyak sehat karena kandungan MUFA yang tinggi,
sedangkan lemak jenuhnya rendah. "Lemak tak jenuh memiliki ikatan
rangkap. Namun, proses pemanasan bisa membuat rantai ganda itu pecah dan
berubah jadi satu rantai. Proses pemanasan bisa membuat lemak tak jenuh
jadi lemak jenuh atau bersifat radikal bebas karena tidak punya ikatan
atom lain," papar Dr.Saridian Satrixwawo, Sp.GK.
Minyak yang
rusak seperti itulah yang bakal menaikkan kadar kolesterol jahat dalam
tubuh dan menimbulkan serangan jantung di masa depan. Itulah sebabnya
mengapa minyak zaitun tidak disarankan untuk deep fried karena pemanasan
dengan suhu tinggi bisa merusak manfaat baik minyak zaitun.
Kerusakan
minyak goreng sehingga merugikan kesehatan terjadi ketika minyak
dipanaskan melewati titik asap. Itu terjadi ketika menggoreng
menggunakan minyak bekas berulang-ulang.
"Tanda-tanda minyak sudah melewati titik asap adalah minyak tampak berasap ketika sedang menggoreng," kata dr.Sari.
Menggoreng
pada suhu di atas titik asap akan mengubah asam lemak tak jenuh yang
terkandung dalam minyak menjadi asam lemak jenuh yang berbahaya karena
meningkatkan kolesterol.
http://health.kompas.com/read/2012/12/20/10111385/Siasat.Sehat.Makan.Gorengan?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khewp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar